Pada
akhir abad ke 17 setelah wafatnya Raja Dalem Waturenggong, Bali melemah
dan mengalami perpecahan menjadi beberapa kerajaan. Pada masa
terpecahnya Bali ini adalah lembar suram dalam sejarah Bali.
Kerajaan-kerajaan saling bersaing dalam bidang militer. Budak adalah
komoditi ekspor tertinggi Bali selain beras pada masa kelam itu. Bali
menjadi pusat penyuplai budak tidak hanya untuk kepentingan-kepentingan
di nusantara tapi hingga afrika, tentunya dengan bantuan pelaut bahari
Bugis. Para budak itu tidak hanya orang-orang Bali yang kalah perang,
tapi juga suku-suku takhlukan kerajaan Bali. Budak-budak Bali ini banyak
yang memiliki keahlian militer sehingga banyak yang direkrut kedalam
tentara kolonial VOC.
Pada suatu ketika dalam tugasnya di Bali seorang perwira VOC bernama Kapten van Beber menemukan budak seorang anak laki-laki berumur 7 tahun, dan di jadikannya budak. Ketika Kapten van Beber bertugas di Makasar, Sulawesi Selatan, dia menjual anak ini kepada Perwira VOC lainnya, Moor. Sejak memiliki budak ini karier dan kekayaan Moor meningkat pesat, budak ini memberikan keberuntungan baginya, maka dia menamakannya "Untung". Alasan utama Moor membeli anak ini untuk menemani putrinya Suzane bermain agar tidak kesepian karena telah ditinggalkan ibunya. Ketika berumur 20 tahunan timbulah benih-benih asmara diantara mereka. Untung mengajak Suzane menikah diam-diam, hal ini membuat murka Moor dan memenjarakan Untung. Untung yang memiliki jiwa kepemimpinan berhasil meyakinkan para tahanan dan menghimpun mereka untuk memberontak sehingga berhasil kabur dari penjara. Banyak serdadu VOC mengejarnya, sehingga ia lari ke hutan dan bersembunyi di hutan bersama kawan-kawannya. Bagai Spartacus di zaman Romawi, Untung mengumpulkan para budak dan gelandangan Bali, membentuk gerombolan yang mengacau patroli dan kepentingan-kepentingan VOC. Dia menjelma menjadi sosok pahlawan "Robin Hood" merampok orang-orang Belanda dan membagikannya kepada rakyat miskin untuk menyambung hidup.
Untung lahir sekitar tahun 1660 di Bali dengan nama Surawiroaji. Menurut silsilah keluarganya Surawiroaji alias Untung adalah anak dari Jatiwiyasa, seorang keluarga bangsawan di Bali. Kakeknya bernama Tirtawijaya Sukma anak dari Karma Pujanggabuana anak dari Resi Mertadharma anak dari Sarataleksi anak dari Bharata Darwa Muksa anak dari Satya Putralaksana anak dari Kuwu Wika Kertaloka anak dari Prahma Putra Reksa anak dari Resi Wuluh Sedyaloka. Orang Jawa menyebut Resi Wuluh Sedyaloka dengan nama Begawan Sidolaku, sastrawan terkenal dari Tabanan Bali. Ketika masih muda Raden Ronggowarsito (Pujangga kraton Surakarta) pernah belajar ke Tabanan untuk mempelajari kitab kasusastraan peninggalan Resi Wuluh Sedyaloka.
Pada suatu ketika dalam tugasnya di Bali seorang perwira VOC bernama Kapten van Beber menemukan budak seorang anak laki-laki berumur 7 tahun, dan di jadikannya budak. Ketika Kapten van Beber bertugas di Makasar, Sulawesi Selatan, dia menjual anak ini kepada Perwira VOC lainnya, Moor. Sejak memiliki budak ini karier dan kekayaan Moor meningkat pesat, budak ini memberikan keberuntungan baginya, maka dia menamakannya "Untung". Alasan utama Moor membeli anak ini untuk menemani putrinya Suzane bermain agar tidak kesepian karena telah ditinggalkan ibunya. Ketika berumur 20 tahunan timbulah benih-benih asmara diantara mereka. Untung mengajak Suzane menikah diam-diam, hal ini membuat murka Moor dan memenjarakan Untung. Untung yang memiliki jiwa kepemimpinan berhasil meyakinkan para tahanan dan menghimpun mereka untuk memberontak sehingga berhasil kabur dari penjara. Banyak serdadu VOC mengejarnya, sehingga ia lari ke hutan dan bersembunyi di hutan bersama kawan-kawannya. Bagai Spartacus di zaman Romawi, Untung mengumpulkan para budak dan gelandangan Bali, membentuk gerombolan yang mengacau patroli dan kepentingan-kepentingan VOC. Dia menjelma menjadi sosok pahlawan "Robin Hood" merampok orang-orang Belanda dan membagikannya kepada rakyat miskin untuk menyambung hidup.
Untung lahir sekitar tahun 1660 di Bali dengan nama Surawiroaji. Menurut silsilah keluarganya Surawiroaji alias Untung adalah anak dari Jatiwiyasa, seorang keluarga bangsawan di Bali. Kakeknya bernama Tirtawijaya Sukma anak dari Karma Pujanggabuana anak dari Resi Mertadharma anak dari Sarataleksi anak dari Bharata Darwa Muksa anak dari Satya Putralaksana anak dari Kuwu Wika Kertaloka anak dari Prahma Putra Reksa anak dari Resi Wuluh Sedyaloka. Orang Jawa menyebut Resi Wuluh Sedyaloka dengan nama Begawan Sidolaku, sastrawan terkenal dari Tabanan Bali. Ketika masih muda Raden Ronggowarsito (Pujangga kraton Surakarta) pernah belajar ke Tabanan untuk mempelajari kitab kasusastraan peninggalan Resi Wuluh Sedyaloka.
Resi
Wuluh Sedyaloka adalah keturunan Prabu Kertajaya, raja terakhir Panjalu
(Kediri) yang dikalahkan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Ketika pasukan
Ken Arok menyerbu istana Kediri, Prabu Kertajaya berhasil melarikan diri
dengan diiringkan ketiga istri dan beberapa abdi saja. Raja yang malang
ini bersembunyi di lereng Gunung Semeru dan akhirnya menjadi seorang
pertapa. Tidak lama berselang Ken Arok mencium keberadaan Prabu
Kertajaya, maka ditugaskan bala tentaranya untuk menangkap lawan
politiknya tersebut. Prabu Kertajaya berhasil lolos dalam pengejaran
hingga akhirnya menemukan tempat yang aman di Pulau Bali. Prabu
Kertajaya mendapat perlindungan dari penguasa di pulau dewata sebab
antara raja Jawa dan Raja Bali masih memiliki hubungan darah.
Jadi
apabila dirunut ke atas, leluhur Untung adalah gabungan dari wangsa
Dharmodayana (Prabu Udayana) yang berkuasa di Bali dan wangsa Isana
(Empu Sindok) yang berkuasa di tanah Jawa. Wangsa Isana adalah
kelanjutan dari wangsa Syailendra yang mendirikan kerajaan Mataram
(Medang Kamulan) di lereng barat daya gunung Merapi.
Sepak terjang Untung dan gerombolannya sampailah di daerah Banten. Kapten Ruys (pemimpin Benteng Tanjungpura) bertemu dengan kelompok Untung, ia menawarkan pekerjaan sebagai tentara VOC dari pada menjadi buronan. Pekerjaan ini diterima Untung dan gerombolannya untuk mendapatkan pelatihan kemiliteran. Untung diangkat sebagai Letnan.
Pada Tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten dikalahkan oleh VOC. Putranya, Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan untuk menyerah tapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi. Maka VOC menugaskan Letnan Untung untuk menjemput Pangeran Purbaya. Pada saat Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura, datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak suka dengan perlakuan ini dan marah. Untung menghancurkan pasukan Kuffeler di sungai Cikalong, 28 Januari 1684.
Tetapi Pangeran Purbaya tetap ingin menyerah kepada VOC dan berangkat ke Tanjungpura. Hal ini tidak disetujui istrinya dan meminta untuk diceraikan.
Untung adalah seorang pemuda berwajah tampan dan halus tutur katanya. Dia sangat pemberani namun berhati mulia. Sangat supel dalam bergaul sehingga membuat jatuh hati wanita yang mengenalnya. Di tengah perjalanan Untung berkenalan dengan istri Pangeran Purbaya yang bernama Raden Ayu Gusik Kusumo, mereka saling memperkenalkan diri serta menceritakan riwayat masing-masing. Gusik Kusumo terpaksa bercerai dengan Pangeran Purbaya karena karena tidak menyetujui niat suaminya untuk menyerah kepada VOC. Gusik Kusumo meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung menyetujui permintaan Gusik Kusumo karena ia sudah menjadi buronan kembali setelah menghancurkan pasukan Kuffeler. Dalam perjalanan mereka dikejar oleh pasukan VOC dibawah pimpinan Jacob Couper, tapi berhasil mereka hancurkan di desa Rajapalah.
Ketika melewati Cirebon rombongan Untung bertemu dengan Raden Surapati, anak angkat Sultan Cirebon, dan terjadi pertengkaran diantara mereka. Untung membunuh Raden Surapati dan diadili. Dalam pengadilan Untung tidak terbukti bersalah dan yang salah adalah Raden Surapati. Sejak itu nama Surapati diberikan kepada Untung oleh Sultan Cirebon.
Tibalah Untung Surapati di Kartasura, dan mengantar langsung Raden Ayu Gusik Kusumo menemui ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Patih Nerangkusuma dalah tokoh yang anti VOC, dan gencar mendesak Amangkurat II agar mengkhianati perjanjiannya dengan VOC. Patih Nerangkusuma menyukai Untung Surapati dan menikahkan Raden Ayu Gusik Kusumo dengannya.
Kapten Francois Tack (perwira senior VOC yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Untung Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi oleh Patih Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC untuk menangkap Untung Surapati. Pertempuranpun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur kocar-kacir. Sekitar 75 orang Belanda gugur dalam pertempuran ini. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung Surapati. Pasukan VOC yang masih hidup melarikan diri ke benteng mereka.
Amangkurat II takut pengkhiatannya terbongkar, dia merestui Untung Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di Kota itu Untung Surapati mengalahkan Bupatinya, yaitu Anggajaya dan kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak mau melakukan pembalasan karena ia sendiri telah mengenal baik Untung Suropati di Kartasura. Untung Surapati akhirnya mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.
Pada tahun 1690 Amangkurat II mengirim pasukan dibawah pimpinan Jangrana (Bupati Surabaya) dan Cakraningrat II (Bupati Madura) ke Pasuruan, ia melakukan sandiwara pertempuran dengan pasukan Untung Surapati, dengan kekalahan di pihaknya. Hal ini dilakukan untuk mengelabui VOC seolah-olah Amangkurat II masih setia kepada VOC.
Amangkurat II meninggal tahun 1703, menyebabkan perebutan tahta Kartasura antara Amangkurat III dan Pangeran Puger. Pada tahun 1704, Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada tahun 1705, Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung di Pasuruan.
Pada bulan September 1706, konvoi pasukan gabungan VOC, Kartasura, Surabaya, dan Madura di bawah pimpinan Mayor Goovert Knole tiba di Pasuruan. Terjadilah pertempuran sengit di Benteng Bangil. Tumenggung Wiranegara alias Untung Surapati gugur dalam pertempuran tanggal 17 Oktober 1706. Namun Ia berwasiat kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati-pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan oleh putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Untung Surapati dan membongkarnya. Jenazah Untung Surapati di bakar dan abunya dibuang ke laut. Untuk mengenang peristiwa ini para pengikutnya dan orang Bali melakukan prosesi ini dalam upacara kematian.
Putra-putra Untung Surapati antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayahnya (gabungan orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana (sahabat Surapati) yang memang terbukti diam-diam memihak Untung Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati tetap setia mengikutinya. Mereka kemudian bergabung dengan pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan inipun berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan Pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.
Sepak terjang Untung dan gerombolannya sampailah di daerah Banten. Kapten Ruys (pemimpin Benteng Tanjungpura) bertemu dengan kelompok Untung, ia menawarkan pekerjaan sebagai tentara VOC dari pada menjadi buronan. Pekerjaan ini diterima Untung dan gerombolannya untuk mendapatkan pelatihan kemiliteran. Untung diangkat sebagai Letnan.
Pada Tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten dikalahkan oleh VOC. Putranya, Pangeran Purbaya melarikan diri ke Gunung Gede. Ia memutuskan untuk menyerah tapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi. Maka VOC menugaskan Letnan Untung untuk menjemput Pangeran Purbaya. Pada saat Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura, datang pula pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak suka dengan perlakuan ini dan marah. Untung menghancurkan pasukan Kuffeler di sungai Cikalong, 28 Januari 1684.
Tetapi Pangeran Purbaya tetap ingin menyerah kepada VOC dan berangkat ke Tanjungpura. Hal ini tidak disetujui istrinya dan meminta untuk diceraikan.
Untung adalah seorang pemuda berwajah tampan dan halus tutur katanya. Dia sangat pemberani namun berhati mulia. Sangat supel dalam bergaul sehingga membuat jatuh hati wanita yang mengenalnya. Di tengah perjalanan Untung berkenalan dengan istri Pangeran Purbaya yang bernama Raden Ayu Gusik Kusumo, mereka saling memperkenalkan diri serta menceritakan riwayat masing-masing. Gusik Kusumo terpaksa bercerai dengan Pangeran Purbaya karena karena tidak menyetujui niat suaminya untuk menyerah kepada VOC. Gusik Kusumo meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura. Untung menyetujui permintaan Gusik Kusumo karena ia sudah menjadi buronan kembali setelah menghancurkan pasukan Kuffeler. Dalam perjalanan mereka dikejar oleh pasukan VOC dibawah pimpinan Jacob Couper, tapi berhasil mereka hancurkan di desa Rajapalah.
Ketika melewati Cirebon rombongan Untung bertemu dengan Raden Surapati, anak angkat Sultan Cirebon, dan terjadi pertengkaran diantara mereka. Untung membunuh Raden Surapati dan diadili. Dalam pengadilan Untung tidak terbukti bersalah dan yang salah adalah Raden Surapati. Sejak itu nama Surapati diberikan kepada Untung oleh Sultan Cirebon.
Tibalah Untung Surapati di Kartasura, dan mengantar langsung Raden Ayu Gusik Kusumo menemui ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Patih Nerangkusuma dalah tokoh yang anti VOC, dan gencar mendesak Amangkurat II agar mengkhianati perjanjiannya dengan VOC. Patih Nerangkusuma menyukai Untung Surapati dan menikahkan Raden Ayu Gusik Kusumo dengannya.
Kapten Francois Tack (perwira senior VOC yang ikut berperan dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686 untuk menangkap Untung Surapati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi oleh Patih Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC untuk menangkap Untung Surapati. Pertempuranpun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur kocar-kacir. Sekitar 75 orang Belanda gugur dalam pertempuran ini. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung Surapati. Pasukan VOC yang masih hidup melarikan diri ke benteng mereka.
Amangkurat II takut pengkhiatannya terbongkar, dia merestui Untung Surapati dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di Kota itu Untung Surapati mengalahkan Bupatinya, yaitu Anggajaya dan kemudian melarikan diri ke Surabaya. Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak mau melakukan pembalasan karena ia sendiri telah mengenal baik Untung Suropati di Kartasura. Untung Surapati akhirnya mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.
Pada tahun 1690 Amangkurat II mengirim pasukan dibawah pimpinan Jangrana (Bupati Surabaya) dan Cakraningrat II (Bupati Madura) ke Pasuruan, ia melakukan sandiwara pertempuran dengan pasukan Untung Surapati, dengan kekalahan di pihaknya. Hal ini dilakukan untuk mengelabui VOC seolah-olah Amangkurat II masih setia kepada VOC.
Amangkurat II meninggal tahun 1703, menyebabkan perebutan tahta Kartasura antara Amangkurat III dan Pangeran Puger. Pada tahun 1704, Pangeran Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada tahun 1705, Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung di Pasuruan.
Pada bulan September 1706, konvoi pasukan gabungan VOC, Kartasura, Surabaya, dan Madura di bawah pimpinan Mayor Goovert Knole tiba di Pasuruan. Terjadilah pertempuran sengit di Benteng Bangil. Tumenggung Wiranegara alias Untung Surapati gugur dalam pertempuran tanggal 17 Oktober 1706. Namun Ia berwasiat kematiannya dirahasiakan. Makam Surapati-pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan oleh putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia menemukan makam Untung Surapati dan membongkarnya. Jenazah Untung Surapati di bakar dan abunya dibuang ke laut. Untuk mengenang peristiwa ini para pengikutnya dan orang Bali melakukan prosesi ini dalam upacara kematian.
Putra-putra Untung Surapati antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayahnya (gabungan orang Jawa dan Bali). Sebagian dari mereka tertangkap bersama Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana (sahabat Surapati) yang memang terbukti diam-diam memihak Untung Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut Surapati tetap setia mengikutinya. Mereka kemudian bergabung dengan pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC tahun 1719. Pemberontakan inipun berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra Untung Surapati dan Pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.
1 komentar:
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
Harrah's Cherokee Casino 광주광역 출장샵 & Hotel - Driving 전라북도 출장샵 directions to Harrah's Cherokee 김포 출장샵 Casino & Hotel, 777 Casino 광양 출장샵 Drive, Cherokee, NC, 28719, US. 파주 출장샵
Posting Komentar